Isi data Anda dan tim kami akan segera menghubungi. Dapatkan pricelist lengkap setelah pengisian.
Terima kasih, Aiden Lucas. Tim kami akan segera menghubungi Anda melalui email atau nomor yang telah Anda berikan.
Bata ringan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan bata hebel, kini menjadi salah satu material populer dalam dunia konstruksi modern, pemilihan material bangunan yang tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas dan efisiensi pembangunan. Salah satu material yang kini semakin banyak digunakan adalah bata ringan, atau yang juga dikenal sebagai bata hebel. Dibandingkan dengan bata merah yang telah digunakan sejak lama, bata ringan tergolong sebagai inovasi baru dalam dunia konstruksi. Keduanya kerap dibandingkan karena memiliki karakteristik yang berbeda.
Tapi tahukah Anda ? Di balik popularitasnya sebagai material bangunan modern, bata ringan ternyata memiliki dua jenis yang berbeda, yaitu AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Keduanya sama-sama disebut bata ringan, namun punya proses pembuatan, karakteristik, hingga keunggulan yang berbeda. Mengetahui perbedaan ini bisa membantu Anda memilih jenis bata ringan yang paling sesuai untuk kebutuhan pembangunan atau renovasi rumah Anda, Yuk Simak lebih lanjut terkait AAC dan juga CLC terhadap bata ringan.
AAC (Autoclaved Aerated Concrete)
Jenis ini dibuat dari campuran pasir silika, semen, kapur, air, dan aluminium powder. Campuran tersebut diproses dalam autoclave sebuah alat bertekanan dan bersuhu tinggi — sehingga menghasilkan bata yang kuat, presisi, dan padat. AAC biasanya digunakan untuk proyek-proyek besar atau bangunan bertingkat.
CLC (Cellular Lightweight Concrete)
Bata ringan CLC dibuat dari campuran semen, pasir, air, dan foam agent. Tidak melalui proses autoclave, CLC mengandalkan proses curing alami sehingga lebih fleksibel dan ekonomis. Meskipun daya tekannya tidak setinggi AAC, CLC tetap cocok untuk dinding non-struktural atau partisi dalam ruangan.
AAC dan CLC : 2 Tipe Bata Ringan dengan Karakteristik Berbeda
Bata ringan yang diperkenalkan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan bata ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Meskipun keduanya sama-sama termasuk dalam kategori bata ringan, ada sejumlah perbedaan penting yang membedakan satu dengan yang lain. Secara umum, perbedaan antara bata ringan AAC dan CLC dapat dilihat dari lima aspek utama, yaitu bahan dasar pembuatannya, karakteristik fisik, proses produksi, ukuran, serta harga di pasaran. Memahami perbedaan ini sangat penting agar Anda dapat memilih jenis bata ringan yang paling sesuai dengan kebutuhan konstruksi atau renovasi bangunan Anda.
Bahan Dasar Pembuatan
Bata ringan AAC terbuat dari campuran pasir silika, semen, kapur, air, dan bahan pengembang seperti aluminium powder. Bahan pengembang ini bereaksi secara kimia dan menghasilkan gelembung udara kecil yang membuat bata menjadi ringan. Sementara itu, bata ringan CLC dibuat dari campuran semen, pasir, air, dan foam agent (busa khusus). Tidak menggunakan pasir silika, sehingga bahan dasarnya cenderung lebih sederhana dibandingkan AAC.
Karakteristik Fisik dan Teknis
AAC memiliki struktur yang lebih solid dan kuat dibanding CLC, serta memiliki tingkat kepadatan dan daya tekan yang lebih tinggi. Selain itu, bata AAC memiliki tingkat presisi bentuk dan ukuran yang lebih baik, sehingga pemasangannya bisa lebih rapi dan cepat.Di sisi lain, CLC memiliki kepadatan lebih rendah sehingga bobotnya lebih ringan, tetapi daya tekannya lebih rendah dibandingkan AAC. Hal ini membuat CLC lebih cocok untuk bangunan non-struktural atau sekat ruangan.
Proses Produksi
AAC diproduksi menggunakan sistem autoclaved, yaitu proses pemadatan dengan tekanan dan suhu tinggi dalam autoclave (semacam oven raksasa). Proses ini menghasilkan bata dengan kualitas yang konsisten dan kuat. Sementara itu, CLC diproduksi tanpa autoclave, cukup melalui proses curing alami selama beberapa hari. Ini membuat biaya produksinya lebih rendah, namun kualitasnya bisa bervariasi tergantung standar produksinya.
Ukuran dan Bentuk
Bata ringan AAC umumnya memiliki ukuran yang lebih presisi dan seragam, karena proses produksi yang lebih terkontrol. Ukuran standar biasanya sekitar 60 x 20 x 7,5–10 cm. CLC bisa diproduksi dalam berbagai ukuran, tetapi umumnya ukurannya lebih fleksibel dan tidak presisi AAC. Karena dibuat tanpa autoclave, toleransi perbedaan ukuran antar bata bisa lebih besar.
Harga
CLC umumnya dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan AAC, karena proses produksinya lebih sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus seperti autoclave. Namun, AAC menawarkan kualitas dan kekuatan yang lebih tinggi, sehingga meskipun harganya lebih mahal, banyak proyek bangunan besar yang lebih memilih AAC karena efisiensi jangka panjangnya.
Keunggulan Bata Ringan dari Bata Lain.
Mengapa bata ringan semakin digemari dalam berbagai proyek pembangunan modern? Jawabannya terletak pada sejumlah keunggulan teknis dan praktis yang ditawarkan material ini dibandingkan dengan material konvensional seperti bata merah atau batako. Berikut penjelasan untuk keunggulan mengenai kelebihan bata ringan.
Bobot Lebih Ringan
Sesuai namanya, bata ringan memiliki massa jenis yang jauh lebih rendah dibanding bata merah. AAC, misalnya, memiliki berat jenis sekitar 600–800 kg/m³, sementara bata merah bisa mencapai 1.800 kg/m³. Dengan bobot yang lebih ringan, material ini memberikan banyak keuntungan, seperti :
Isolasi Panas yang Baik
Bata ringan memiliki pori-pori udara yang terbentuk selama proses produksinya. Pori-pori ini bekerja sebagai insulator alami yang menghambat perpindahan panas dari luar ke dalam ruangan. Hal ini menghasilkan:
Peredam Suara Alami
Struktur berpori pada bata ringan juga mampu menyerap gelombang suara. Inilah alasan mengapa bata ringan banyak digunakan pada:
Presisi Ukuran Tinggi dan Mudah Dipasang
Bata ringan, khususnya jenis AAC, diproduksi dengan sistem cetakan yang presisi dan dikontrol secara industri. Keuntungannya:
Tahan Terhadap Api (Fire Resistant)
Bata ringan memiliki ketahanan tinggi terhadap api. AAC, misalnya, dapat menahan api hingga 4 jam tergantung ketebalannya. Hal ini memberikan:
Ramah Lingkungan
Dibandingkan dengan produksi bata merah yang menggunakan pembakaran kayu (menyumbang deforestasi dan polusi), bata ringan:
Minim Limbah dan Efisiensi Material
Karena presisi ukuran yang tinggi, bata ringan:
Mengurangi Beban Finishing
Dinding bata ringan yang telah dipasang dengan presisi tinggi hanya membutuhkan plester tipis (1–3 mm), berbeda dengan bata merah yang umumnya membutuhkan plester tebal (15–20 mm). Artinya:
Ketahanan Terhadap Serangan Jamur dan Rayap
Berbeda dengan material berbasis organik (seperti kayu), bata ringan:
Semua keunggulan ini menjadikan bata ringan sebagai solusi ideal untuk pembangunan modern yang menekankan efisiensi waktu, kekuatan struktur, estetika, dan keberlanjutan.